25 Juni 2010

Empat Mata dengan Zeger van Herwaarden (Bagian 1)

Wawancara Zeger van Herwaarden dalam Tabloid BOLADalam rangka Piala Dunia Afrika Selatan 2010, Zeger van Herwaarden (1972), penulis biografi Marco van Basten. De jaren in Italië en Oranje (2006) yang terbit dari Pena Wormer dengan judul Marco van Basten. Era AC Milan dan Oranye (2006), meluangkan waktu untuk menjawab sejumlah pertanyaan seputar pesta sepak bola terbesar di dunia tersebut dan tim nasional Belanda yang akan diturunkan dalam dua bagian.

Berikut bagian pertama sesi empat mata dengan Zeger van Herwaarden.



Dengan materi pemain seperti Wesley Sneijder, Arjen Robben, dan Robin van Persie skuad Belanda layak melaju jauh di Afsel. Tapi, apa yang kira-kira bisa berjalan salah?

Hanya satu masalah utama Belanda, yakni memiliki pertahanan yang oke, tapi bukan kelas dunia. Bek dan kiper timnas tak bisa dikatakan sempurna. Kiper Maarten Stekelenburg memiliki reaksi dan ketenangan yang baik saat menghadapi situasi one-on-one, tapi ia sangat buruk menangani bola-bola atas. Padahal Stekelenburg bertubuh tinggi. Dengan kata lain, semua serangan tipe ini sangat berbahaya dan Belanda sangat ringkih ketika berada dalam tekanan di penalty-area, terlebih ketika menghadapi Brasil, Argentina, atau Spanyol.

Menurut saya, Giovanni van Bronckhorst, bek kiri kami, bakal yang pertama yang kewalahan sebab dia bukan defender sejati dan di usia 35 dia sudah terlalu tua untuk menghentikan langkah penyerang kelas dunia. Di tengah, kemampuan Johnny Heitinga (Everton) dan Joris Mathijssen (HSV) telah terasah setelah beberapa tahun terakhir ini merumput di luar negeri, tapi, menurut hemat saya, belum cukup untuk secara efektif mengekang striker papan atas macam Fernando Torres, Higuain, Milito, atau Robinho.

Pemain muda Ajax Gregory van der Wiel akan mengisi posisi bek kanan. Di usia yang baru 22 tahun, dia defender yang sangat mumpuni. Dari segi teknis dan ofensif, dia adalah salah satu yang terbaik di Eropa; dia rajin naik ke lini tengah untuk membantu penyerangan (lewat umpan-umpan silangnya yang sangat tajam). Namun, di sisi lain, dia kadang lengah dalam menjalankan tugas sebagai defender. Kadang kala saat Ajax atau Oranye berada dalam tekanan serius, pikiran dia seperti sedang berada di tempat lain.

Akan tetapi, secara keseluruhan, bagi Oranye berlaku hal ini: dia tim kelas dunia pada saat memegang bola tapi begitu bola lepas cerita bisa berubah, di mana salah penyebabnya adalah telah lengsernya kiper utama Edwin van der Sar.


Apa perbedaan taktik Bert van Marwijk, pelatih tim Belanda sekarang, dan pendahulunya, Marco van Basten?

Tidak terlalu banyak perbedaan. Van Marwijk tetap menggunakan empat bek, dua gelandang bertahan, tiga gelandang serang, dan satu penyerang. Dengan kata lain, enam pemain bertahan dan menyuplai bola keempat pemain menyerang. Bagi saya, empat pemain itu adalah Arjen Robben, Robin van Persie, Wesley Sneijder, dan Rafael van der Vaart. Satu-satunya tugas bertahan mereka adalah untuk tidak beranjak dari posisi masing-masing sehingga marker mereka tidak bisa naik membantu serangan.

Perbedaan terbesar skuad ini dengan dua tahun lalu adalah usia. Pemain seperti Van der Vaart, Van Persie, Nigel de Jong, dan John Heitinga merupakan kelahiran 1983 atau 1984 yang dianggap usia sempurna bagi pesepak bola, yakni cukup muda, matang, dan berpengalaman. Jadi, tidak seperti di Euro 2008 dan Piala Dunia 2006, para pemain sedang berada dalam masa terbaiknya.

Satu perbedaan penting lagi adalah penyerang tengah. Alih-alih striker murni seperti Ruud van Nistelrooij, penyerang tengah sekarang diisi seorang pemain kombinasi yang andal: Van Persie. Dengan (kemungkinan besar) didampingi Sneijder, Robben, dan Van der Vaart atau Dirk Kuijt, penyerangan Belanda versi 2010 lebih ditekankan pada kombinasi-kombinasi pendek dan cepat yang, dalam banyak kesempatan, dilancarkan lewat poros tengah alih-alih melulu dari sisi luar lapangan tempat dua gelandang bermain menempeli garis lapangan.

Kemiripan dengan Oranye besutan Van Basten (yang menemukan bentuk finalnya tepat menjelang Euro 2008) masih lebih banyak daripada perbedaannya, tapi timnas yang ditukangi Van Marwijk ini malah campuran yang lebih balans antara Total Football Cruyff yang dinamis pada 1974, kepiawaian Brasil pada awal 1980-an (dengan teknikus mumpuni seperti Zico, Junior, Cerezo, dan Socrates), serta organisasi, kemantapan, dan efektivitas yang menjadi ciri timnas Spanyol sekarang ini.


Apa saja nilai lebih timnas Belanda yang tidak dimiliki peserta Piala Dunia?

Mungkin pertahanan Belanda hanya sedikit di atas rata-rata, tapi lapangan tengah dan penyerangannya adalah yang terbaik di dunia. Bagi saya, hanya Argentina yang memiliki kualitas serangan yang sama dengan Belanda. Messi, Higuain, Aguero, Milito, dan Tevez kurang lebih menciptakan kemewahan (permasalahan!) yang sama bagi seorang pelatih seperti halnya Van Persie, Van der Vaart, Sneijder, Robben, Kuijt, Elia, Huntelaar, Babel, dan Afellay. Melihat kelemahan Belanda maupun tingginya kualitas ofensif Oranye, menurut hemat saya opsi terbaik adalah untuk sepenuhnya bertumpu pada keempat pemain bintang di depan: Van der Vaart, Sneijder, Robben, dan Van Persie. Dengan cara ini kelebihan utama Oranye tereksploitasi dan, harapannya, kekurangannya di lini belakang menjadi tertutupi.

Empat pemain di depan menjadi kunci serangan dan menciptakan penyerangan total. Memang sangat berisiko tapi layak diambil. Bermain bertahan tak akan memperlancar langkah The Oranje di PD sebab Oranye sesungguhnya tidak dilengkapi kemampuan untuk bermain aman.


Mengapa ada negara yang sukses menjuarai Piala Dunia lebih sering daripada negara lain?

Jerman memenangi tiga Piala Dunia, Italia (4), Brasil (5), dan Argentina (2). Tim-tim tersebut selalu memiliki pasokan pesepak bola yang sangat banyak. Khusus untuk Brasil dan Argentina, sepak bola bagaikan bakat alami bangsa itu.

Namun, organisasi yang baik juga berperan. Sebagai contoh, DFB Jerman sangat terorganisasi, berotoritas, dan memiliki dana cukup untuk menjalankan sepak bola negaranya dengan sempurna, dari pembinaan pemain muda hingga tim nasional. Dampaknya pemain bertalenta begitu mudah ditemukan. Hal yang sama juga terjadi di Belanda. Untuk menjuarai PD dibutuhkan lebih dari itu. Negara-negara peraih trofi PD telah menunjukkan mental, karakter, dan fokus yang dibutuhkan untuk merebut gengsi tersebut. Seperti Argentina di 1978, Jerman (1990), Brasil (2002), dan Italia (2006), mereka datang hanya untuk menang dan fokus meraih gelar juara. Tak ada yang lain.

Sementara Belanda (baik pada 1974 dan 1978 maupun 2006) pada momen tertentu kehilangan arah dan fokus dan sepanjang turnamen menjadi terpecah belah alih-alih menjadi kompak (bersatu) sebagaimana layaknya suatu tim. Individualitas dan kreativitas kami – dua ciri khas utama tim-tim nasional Belanda sejauh ini (lihat Brilliant Orange pada 1974!) – malah berbalik mengenai diri sendiri. Oranye sangat ingin menggondol Piala Dunia – itu tidak dapat disangkal – tapi itu bukan harga mati. Dalam duel do or die (sebut saja versus Portugal pada 2006), pemain timnas Belanda seperti tidak memiliki kemauan mutlak untuk menang. Padahal, di sisi lain, timnas negara-negara tangguh seperti Jerman, Italia, Brasil, dan Argentina memiliki kemauan mutlak untuk menjuarai Piala Dunia; itu harga mati.


Sejauh mana Belanda bakal melaju di Afsel? Negara mana yang Anda ramal akan menjadi juara?

Belanda akan melewati kualifikasi grup. Akan sangat mengecewakan, malah boleh dibilang memalukan, seandai mereka gagal. Lalu bertemu runner-up Grup F, Slovakia atau Paraguay (salah satu akan berakhir di urutan dua Grup F dan kemungkinan besar akan menjadi lawan Belanda – dengan syarat Oranye sukses memuncaki Grup E, tentunya), yang juga mungkin untuk diatasi. Belum ada lawan yang berarti. Pada perempat final, Van der Vaart dkk. bagai melakoni laga do or die dan bisa saja menjadi laga terakhir di Afrika Selatan. Bukannya Belanda tidak mungkin melipat Brasil, Spanyol atau Portugal (beberapa lawan yang mungkin dapat dihadapi Belanda), tapi masing-masing tim tersebut dengan mudahnya juga bisa mengalahkan kami. Kemungkinan lain, Belanda menggebrak dan melaju ke semifinal seperti Italia di Piala Dunia 1978 atau Argentina di Piala Dunia 1998. Terakhir, juara dunia bisa saja diraih Belanda. (pena wormer)


Kutipan wawancara di atas dimuat dalam Tabloid BOLA edisi 2.056, Sabtu-Minggu, 12-13 Juni 2010.

Marco van Basten. Era AC Milan dan Oranye (Marco van Basten. De jaren in Italië en Oranje) tersedia di toko buku Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar