Dalam rangka penerbitan Masa Kanak-kanak, edisi bahasa Indonesia buku Kinderjaren karangan fisikawan dan penulis Belanda Jona Oberski, maka berikut adalah garis besar latar belakang Perang Dunia II (1939-1945), konflik terakbar dalam sejarah manusia, yang menjadi latar novela tersebut.
Perang Dunia I (1914-1918) berakhir dan Jerman yang berhasil ditundukkan itu dipaksa menandatangani Perjanjian Versailles pada 28 Juni 1919, yang mengharuskan negara tersebut membayar pampasan perang yang tidak sedikit. Selain itu, dalam rangka perjanjian tersebut, Jerman juga mesti menyerahkan kembali wilayah yang ia telah rebut kepada Prancis, Polandia, dan Cekoslovakia, dan membatasi angkatan bersenjatanya menjadi maksimal 100.000 serdadu.
Pemerintah Inggris Raya, Prancis, dan Amerika Serikat semua berharap perjanjian ini bakal membawa perdamaian yang lebih mapan di muka bumi, tempat asas demokrasi akan bertumbuh-kembang lebih subur. Akan tetapi, pada 1919, Benito Mussolini mulai mengobarkan fasisme di Italia. Dia mengusung paham nasionalisme ekstrem dan mengecam komunisme yang mulai berkembang dan juga aliran politik lainnya –pascaperang saudara di Rusia, yang berujung dengan terbentuknya Uni Soviet, komunisme memang semakin mengemuka di bawah kepemimpinan Joseph Stalin, suatu perkembangan yang diikuti dengan waswas oleh sejumlah besar kalangan di Jerman dan negara fasis lainnya yang memandang paham tersebut sebagai suatu ancaman. Wacana Mussolini yang vokal itu bersambut dengan baik di banyak kalangan dan tidak lama kemudian, pada 1925, Mussolini, dengan janjinya untuk membangun ‘Kekaisaran Romawi Baru’, menjadi diktator Italia. Di kemudian hari, pemimpin Jerman Adolf Hitler, dan juga diktator Austria serta Spanyol, semufakat dengan gagasan-gagasannya.
Sementara itu, bermodalkan kepandaian berorasi dan suatu wacana politik tertentu, seusai PD I Hitler memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Pada 1923 usahanya untuk menggulingkan pemerintah Jerman gagal dan dia berakhir di dalam penjara. Dari balik jeruji dia lantas menulis buku Mein Kampf, yang menyingkapkan perangai Hitler dan cetak biru masa depan Jerman. Begitu terbit pada 1925 buku tersebut kurang diminati. Baru setelah Hitler menjabat Kanselir Jerman Mein Kampf menjadi sangat laris, bukan karena isinya, tetapi karena semua orang merasa wajib memilikinya.
Begitu kembali menghirup udara bebas, Hitler kembali ke dunia politik. Partainya (NSDAP, yang lebih dikenal dengan singkatannya: Nazi) semakin berkembang dan semakin berkuasa, sampai akhirnya pada 1933 Adolf Hitler diangkat menjadi Kanselir Reich. Begitu menjadi kepala pemerintah, Hitler menghapus demokrasi, mengadopsi beleid tata dunia rasialis yang radikal, dan tidak lama kemudian menyelenggarakan kampanye massal persenjataan kembali. Pada 1934, Presiden Jerman Paul von Hindenberg meninggal dan Hitler mengambil alih jabatan kepresidenan dan Angkatan Darat Jerman mengikrarkan sumpah setia kepadanya. Dengan demikian jabatan resmi Hitler menjadi ‘Fuehrer dan Kanselir Reich’: dia adalah Presiden Reich (kepala negara), Kanselir Reich (kepala pemerintah), dan Fuehrer (pemimpin partai Nazi). Kediktatoran Nazi siap bergulir.
Jalan sekarang terbuka lebar bagi Hitler untuk merealisasi visinya seperti dijabarkan di dalam Mein Kampf. Di dalam buku tersebut, Hitler membagi manusia ke dalam dua jenis: ras unggul Uebermensch (bangsa Aryan) dan ras bukan-unggul Untermensch (bangsa Yahudi, Slavia, Cek, Polandia, dan Rusia). Dia menggambarkan perjuangan memperebutkan kekuasaan atas dunia sebagai suatu perjuangan rasialis, budaya, dan politik antara kaum Yahudi dan ras Aryan. Dia menunding bangsa Yahudi berupaya mengendalikan keuangan dunia, mengarahkan media massa, menemukan demokrasi liberal, dan menggalakkan prostitusi. Wacana seperti ini dimasyarakatkan di seluruh Jerman dan di kemudian hari bahkan diajarkan di sekolah-sekolah. Di dalam bukunya, Hitler juga menjelaskan penaklukan kemiliteran yang dia patok demi menyediakan ruang hidup (Lebensraum) dan pangan bagi ras-supernya itu. Dia mencanangkan penaklukan jiran-jiran di timur, terutama Rusia. Akan tetapi, untuk mencapai ini Jerman pertama mesti menundukkan musuh bebuyutan Prancis; yaitu, untuk membalas dendam atas kekalahan di PD I dan sekaligus untuk memperkuat dan melindungi perbatasan di barat. Juga, dia hendak membangun suatu Reich Jerman yang akan berdiri selama 1000 tahun: yaitu Reich Ketiga (sebagai penerus Reich Jerman pada Abad Pertengahan dan Reich Kekaisaran Jerman yang berdiri antara 1871 s/d 1918).
Semua peristiwa tersebut berlangsung saat perekonomian Jerman, dan juga negara-negara lainnya, sedang terpuruk. Pengangguran dan kemiskinan merajalela. Jerman dibekap ketidakpastian dan kekacaubalauan. Hitler memenangkan hati rakyat Jerman karena berjanji akan memberantas kemiskinan, pengangguran, dan kekacaubalauan. Masyarakat pada waktu itu membutuhkan sosok seorang pemimpin yang kuat, dan dalam mata mereka sosok itu adalah Adolf Hitler.
Hitler mengambil langkah-langkah yang secara bertahap membuat Eropa semakin gerah. Setelah dia mengingkari Perjanjian Versailles, mempercepat militerisasi, dan memberlakukan wamil pada 1935; kemudian memiliterisasi kembali Rhineland (wilayah yang pra-PD I menjadi bagian dari Jerman dan langkah tersebut adalah pelanggaran langsung terhadap Perjanjian Versailles) pada 1936; Jerman lantas mencaplok Austria pada 1938. Negara-negara besar Eropa tidak melancarkan banyak protes, yang membuat Hitler semakin berani. Sebagai langkah berikut dia menuntut penyertaan Sudetenland, suatu wilayah di Cekoslovakia yang mayoritas penduduknya bersuku etnis Jerman, ke dalam Jerman. Meskipun pemerintah Cekoslovakia keberatan, Prancis dan Inggris membiarkan Hitler asalkan Jerman tidak menuntut lebih banyak.
Namun, apa yang terjadi kemudian adalah Jerman dan Italia memaksa Cekoslovakia kembali melepaskan wilayah tapi kali ini kepada Hungaria dan Polandia sebelum, pada 1939, Jerman menginvasi Cekoslovakia dan memecah wilayah tersebut menjadi tiga bagian (Bohemia, Moravia, dan Republik Slovak).
Melihat gelagat Jerman yang tidak akan berhenti sampai di sini, Prancis dan Inggris menjamin pemberian dukungan mereka atas kemerdekaan Polandia; ketika Italia menundukkan Albania pada 1939, jaminan yang sama diberikan kepada Rumania dan Yunani. Masih pada 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani pakta nonagresi, yang memuat protokol rahasia untuk membagi Polandia dan Eropa Timur menjadi dua lingkungan pengaruh yang berbeda. Pada 1 September 1939, Hitler melancarkan invasi ke Polandia. Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman dan Perang Dunia II dimulai.
Hitler berjanji tidak akan menyerang Belanda, negara tempat tinggal tokoh utama Masa Kanak-kanak. Akan tetapi, pada 10 Mei 1940 tentara Jerman menyerang dan mereka disambut perlawanan sengit tentara Belanda. Ketika Hitler memutuskan untuk membombardir kota Rotterdam untuk mematahkan perlawanan, pemerintah Belanda pun menyerah demi mencegah jatuhnya korban sipil. Jerman merebut Belanda dalam lima hari.
Jumlah korban PD II diprakirakan mencapai sekitar 60 juta jiwa; yaitu sekitar 20 juta serdadu dan 40 juta penduduk sipil. Sejumlah besar penduduk sipil wafat karena penyakit, kelaparan, pembantaian massal, bombardemen, dan genosida. Korban tewas di pihak Uni Soviet mencapai sekitar 27 juta jiwa, yaitu kira-kira setengah dari jumlah korban mati PD II. (berbagai sumber)
Masa Kanak-kanak (Kinderjaren) tersedia di toko buku Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar