16 Desember 2015

Surat Terbuka kepada Donald Trump

Bapak Donald Trump, ini adalah tanggapan atas siaran pers bertajuk Donald J. Trump Statement on Preventing Muslim Immigration tertanggal 7 Desember 2015, yang dirilis kurang dari seminggu setelah penembakan massal San Bernardino dan kurang dari sebulan setelah serangan Paris. Jadi, sekali lagi Pak, ceritanya bagaimana sampai Bapak mau mencalonkan diri jadi capres Amerika Serikat?

Pak, menjalankan suatu perusahaan tidak sama dengan menjalankan suatu negara. Di dunia bisnis, yang namanya lahan, orang, dan uang tidak lebih dari aset yang bisa dimainkan seperti buah pada papan permainan monopoli, dan yang dipertaruhkan paling banter profit. Tidak demikian dalam menjalankan negara, Pak. Dalam menjalankan negara yang dipertaruhkan roh orang. Itulah. Makanya Plato dulu menyerukan pemerintahan di bawah raja filsuf, alih-alih di bawah raja biasa.

Pak Trump, ini dugaan saja, tetapi boleh saya berasumsi bahwa Bapak mencalonkan diri karena hasrat Bapak akan kekuasaan? Menurut Bapak, mestikah hasrat tersebut dilampiaskan dengan cara begini ini? Soalnya begini Pak, yang pasti yang namanya raja filsuf tidak akan mau menempatkan diri dalam posisi demikian karena dia memang tidak punya hasrat lagi akan kekuasaan. Soalnya, kekuasaan saja sudah tidak memadai lagi bagi dia.

Pasal, sang raja filsuf mendambakan hal-hal yang lebih tinggi: cinta, kebenaran, dan pengetahuan. Dia menghasratkan pencerahan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi semua orang. Maka itu, kepemimpinan dia bakal bercirikan keinginan menjadikan manusia besar kembali, yaitu dengan cara seluas-luasnya mengembangkan pikiran rakyatnya. Dia akan menciptakan pemikir bebas. Dalam jumlah besar-besaran pula.

Masalahnya, Bapak ini bukan raja filsuf. Bapak seorang calon raja filsuf, tetapi semua orang juga begitu, Pak. Pak Trump, Bapak ini raja biasa, atau seandai terpilih menjadi presiden Bapak ini cukup bakal menjadi raja biasa saja. Apa akibatnya?

Akibatnya, rakyat Amerika, di bawah kepemimpinan Bapak yang dimotori oleh kekuasaan itu, bakal terjerembap dalam kegelapan. Bapak bakal membawa mereka menjauh dari Cinta dan ke dalam dekapan dingin Ketakutan. Alih-alih membebaskan pikiran, Bapak bakal menambah ikatan yang menahan orang dalam gua Plato. Sekarang saja kata-kata Bapak sudah mempertajam sanding sektarian -- mengencangkan ikatan dalam gua Plato -- dan itu tampaknya baru permulaan saja.

Bapak mengumbar akan menjadikan Amerika besar kembali. Tetapi itu mustahil; bukan karena Bapak tidak ingin, tetapi karena Bapak tidak bisa. Hasrat Bapak akan kekuasaan yang bakal memustahilkan itu.

Pak Trump, Bapak menurut saya orang baik-baik. Pecat diri Bapak selagi masih mungkin.

Hormat saya,

Laurens Sipahelut
#KekekalanLatenFasisme, @PionirBooks


Sampul muka 'Kekekalan Laten Fasisme'
Kekekalan Laten Fasisme
Tulisan di atas diturunkan dalam rangka terbitnya Kekekalan Laten Fasisme, esai filsuf Belanda Rob Riemen yang mengingatkan terhadap bahaya laten fasisme di Eropa dan menunjuk politikus Geert Wilders sebagai prototipe fasisme masa kini. Untuk info terkini tentang Kekekalan Laten Fasisme pantau kicauan ber-tagar #KekekalanLatenFasisme pada Twitter. Kekekalan Laten Fasisme dapat dipesan pada Pionir Books dan outlet daring pilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar