Walaupun sebagian besar curian berhasil ditemukan kembali, banyak yang hingga kini masih raib. Hal itu bisa jadi menandakan betapa tidak bertanggung jawabnya ulah oknum-oknum kolektor tertentu ataupun betapa sulitnya pencuri menemukan pembeli.
Mungkin karena gabungan faktor kenekatan, uang dan keindahan, tetapi cerita pencurian seni acap diangkat ke layar lebar maupun ke halaman buku. Contoh, edisi bahasa Indonesia Vals beeld karya novelis Belanda Elvin Post yang akan terbit dari penerbit Pionir Books dengan judul Palsu, yang diilhami kisah nyata.
Berikut bagian pertama sepuluh kasus pencurian seni terbesar dunia abad ke-20 versi Forbes.com:
1. Inggris Raya: Agustus 1961
Dicuri oleh... Robin Hood. |
Pada 1965, pencurinya mengirimkan sebuah nomor pengambilan barang kepada harian Daily Mirror di London dan pihak kepolisian menjemput lukisan itu di tempat penitipan bagasi sebuah stasiun kereta api. Enam pekan kemudian, pencurinya, yang bernama Kempton Bunton dan berprofesi sebagai pengemudi bus, menyerahkan diri. Dia berencana menggunakan tembusan untuk membayar langganan TV bagi mereka yang tidak berpunya. (Ternyata.) Bunton diganjar tiga bulan hukuman penjara.
2. Italia: Februari 1975
Dipotong ke luar dari bingkai. |
Tindak pidana tersebut murni bermotif uang. Para pelakunya kriminalis setempat yang berencana menjual curian mereka ke pasar internasional. Akan tetapi, seperti yang juga bakal didapati oleh pencuri seni lain sesudah mereka, bukanlah perkara mudah melego adikarya yang sudah langganan direproduksi oleh orang. Pada Maret 1976, ketiga lukisan itu ditemukan kembali tanpa kekurangan apa pun di Locarno, Swiss.
3. Prancis: November 1985
Ulah... mafia Jepang? |
Pembatasan jangka waktu (statute of limitation) Jepang terkenal singkat dan kabar angin santer beredar bahwa mafia Jepang Yakuza telah berhasil menembus dunia seni. Namun, kenyataannya tidaklah sedahsyat itu.
Pada 1978, Fujikuma ditahan di Prancis karena kedapatan menyelundupkan 7,8 kilogram heroin. Pada saat menjalani hukuman lima tahun penjara dia berkenalan dengan Philippe Jamin dan Youssef Khimoun, dua anggota sindikat pencuri seni. Merekalah yang lantas menjalankan aksi pencurian itu atas nama Fujikuma. Pada akhirnya, lukisan-lukisan ditemukan kembali pada 1991 di Korsika. Barangnya terlalu panas, bahkan untuk Jepang.
4. Meksiko: Desember 1985
Terlena. |
Satpam sif pagi, yang masuk pukul 08.00 pada keesokan harinya, yang pada akhirnya menyadari bahwa lempeng kaca telah diangkat dari atas tujuh lemari pajangan. Total 140 benda yang diambil, termasuk potongan-potongan batu giok dan emas dari seni pahat Maya, Aztec, Zapotec, dan Miztec. Kurator museum Felipe Solis memprakirakan bahwa, seandai ada pembeli, satu potongan itu saja––sebuah jambang menyerupai monyet––bisa laku di atas $ 20 juta.
Karena sebagian besar potongan tersebut berukuran kecil, semuanya muat di dalam dua buah koper. Terlepas dari ukuran, kasus itu tetap terhitung sebagai pencurian benda berharga terbesar yang pernah terjadi.
Pelajaran yang dipetik: (i) tingkat keamanan museum nasional, terutama di negara berkembang, sering tidak sebanding dengan isi museum dan (ii) pada saat Natal dan Tahun Baru ternyata tidak semua orang sedang berleha-leha di Meksiko.
5. Amerika Serikat: Februari 1988
Koleksi awur. |
Barang gedoran itu (waktu itu) ditaksir bernilai antara $ 6 juta dan $ 10 juta, yang menjadikan aksi tersebut perampokan seni terbesar kota New York: bukti bahwa keuntungan dari merampok galeri swasta bisa menyamai perampokan museum.
Bagian kedua tulisan di atas dapat dibaca di sini.
Palsu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar