10 Oktober 2016

Manusia dan Daya Cipta Ilahiahnya

Kejadian 1:27
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
'Penciptaan Adam' karya Michelangelo
Bisa ditafsirkan secara eksoterik maupun secara esoterik.
Ayat yang dikutip dari kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama Alkitab itu berkisah tentang penciptaan manusia. Secara eksoterik ia dapat ditafsirkan sebagai penciptaan manusia secara badani tetapi secara esoterik ia bisa dibaca sebagai penciptaan manusia secara rohani.

Pada tulisan 10 Questions for Multiculturalists: Answered, Barisan Hasrat (Progression of Desires) dileburkan ke dalam model dengan penempatannya sebagai bangun segitiga yang oleh tiga sekat mendatar lantas dibagi menjadi empat bagian. Setiap bagian pada segitiga tersebut mewakili suatu hasrat pada Barisan Hasrat, yaitu (dari rendah ke tinggi) kesintasan, kekayaan, kekuasaan dan keilmuan, yang harus dituntaskan oleh setiap insan egoistis sebelum dia bisa mengubah diri menjadi insan altruistis. Bangun segitiga dipilih karena sifat hierarkis Barisan Hasrat: hasrat yang lebih tinggi melingkupi yang lebih rendah. Bentuk segitiga mewakili hal itu secara tepat adanya.

Dalam Barisan Hasrat, semakin rendah hasrat semakin bendawi pula perwujudannya. Hasrat tertinggi--keilmuan--bersifat nirwujud. Lantas dengan bertolak dari hasrat-akan-keilmuan, hasrat-akan-kekuasaan menyelenggarakan penghimpunan hal-hal yang terwujud pada tingkat di bawahnya, yakni hasrat-akan-kekayaan, yang pada gilirannya menyelenggarakan penghimpunan hal-hal yang terwujud pada hasrat-akan-kesintasan.

Apabila Barisan Hasrat diterapkan untuk menafsirkan ayat Kejadian 1:27 secara esoterik, penciptaan manusia berlangsung dalam rangka hasrat-akan-keilmuan dan oleh karena itu berlangsung pada bagian tertinggi alias puncak segitiga. Ayat itu menuturkan penciptaan manusia sebagai suatu gagasan yang, dalam suatu riam informasi (information cascade), lantas turun mengalir sepanjang lapis-lapis segitiga sehingga menjadi gagasan yang berwujud kian bendawi, hingga tercipta manusia dalam bentuk fisik.

Perlu digarisbawahi bahwa pewujudan gagasan pada Barisan Hasrat hanya bersifat egoistis sedangkan pada konteks Alkitab pewujudan bersifat altruistis. Hal itu tercermin dalam (penggalan) ayat Kejadian 1:31:
Kejadian 1:31
Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Manusia ciptaan istimewa karena berdaya cipta, yaitu dia mampu membidani gagasan yang kemudian diwujudkannya pada lapis-lapis segitiga Barisan Hasrat. Hal itu sesungguhnya suatu kesamaan yang ada antara manusia dan Tuhan, yang mana hal tersebut dinyatakan secara tersurat dalam ayat Kejadian 1:27: ... Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya.... Daya cipta ialah kemampuan ilahiah. Namun, dalam ranah fana ini manusia mencipta karena dorongan egoistis; dalam ranah kekal Tuhan mencipta karena dorongan altruistis (yang sungguh amat baik).

Dalam mewujudkan ciptaan, manusia menciptakan segala sesuatu menurut gambar manusia. Artinya, segala sesuatu yang diciptakannya mencerminkan kebutuhannya--yang bersifat egoistis. Namun, manusia pada saat ini belum mampu membidani gagasan berupa ciptaan berkemampuan daya cipta, seperti, misalnya, kecerdasan buatan yang berkesadaran (seperti halnya Tuhan menciptakan manusia). Menimbang bahwa ciptaan manusia bertolak dari egoisme, hal itu ada baiknya juga.

Sebagai catatan, negara bangsa ialah gagasan yang juga tercetus dari dorongan untuk memenuhi hasrat egoistis manusia. Negara bangsa ada untuk memenuhi hasrat semua komponen bangsanya tanpa terjadi gesekan dan agar jangan sampai terjadi gesekan, negara bangsa harus melakukan pengelolaan sedemikian rupa sehingga kebutuhan semua komponen bangsanya untuk menuntaskan hasrat dalam rangka Barisan Hasrat menjadi terlaksana dan terjamin. Itu penting karena, sebagai contoh, apabila hasrat-akan-kesintasan satu atau lebih komponen bangsa tidak terpenuhi, bahaya laten fasisme yang mengintip dalam relung hati manusia bisa saja terbangun, sebagaimana bisa dilihat tengah berlangsung pada saat ini di benua Eropa.


Laurens Sipahelut
Tangerang, 10 Oktober 2016



'Kekekalan Laten Fasisme' karya Rob Riemen
Kekekalan Laten Fasisme
Kekekalan Laten Fasisme karya Rob Riemen diluncurkan pada Sabtu, 4 Juni 2016, di Toko Buku Gunung Agung Margocity, Depok, dengan menghadirkan narasumber Rocky Gerung (FIB UI). Buku dapat dibeli pada Toko Buku Gunung Agung cabang:
  • Jakarta Pusat (Atrium, Kwitang 06, Kwitang 38)
  • Jakarta Barat (Trisakti)
  • Jakarta Timur (Arion, Kramat Jati, Pondok Gede, Tamini Square)
  • Jakarta Selatan (Blok M Plaza, Senayan City)
  • Tangerang Selatan (BSD)
  • Tangerang (Tangcity Mall)
  • Bandung (BIP)
  • Bekasi (Bekasi CyberPark)
  • Depok (Margo City)
  • Semarang (Citraland Semarang, Paragon Mall)
  • Surabaya (Galaxy Surabaya, Surabaya Delta)
  • Denpasar (LIBBI Denpasar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar