3 Desember 2016

Ada di Mana Rayahan Museum Gardner? (Bagian II)

Kristus dalam Badai di Atas Danau Galilea: hilang.
Kristus dalam Badai di Atas Danau Galilea: lenyap.
'Bayangan akan seorang pencuri seni profesional, seorang pencuri lihai yang mencuri adikarya-adikarya pilihan, itu keliru,' ujar Amore. 'Tidak ada kaitannya sama sekali ini dengan oknum yang menginginkan sebuah karya seni untuk melengkapi koleksinya. Mereka ini cuma mencuri demi duit.'

Sangat jarang orang yang mencuri sebuah adikarya mengulang kembali perbuatannya, ujar Amore, karena mereka dengan cepat mendapati bahwa lukisannya sulit dilego. 'Nasib mencuri sebuah karya seni yang dikenal luas ialah, penadah tidak ada yang mau menyentuh,' ujar Amore.

Amore hanya mengetahui dua pencuri sepanjang sejarah yang pernah mencuri barang seni lebih dari sekali. Satu bernama Adam Worth, seorang penjahat pada abad ke-19 yang menjadi ilham tokoh Professor Moriarty, musuh bebuyutan Sherlock Holmes. Satunya lagi adalah pencuri seni ahli, Myles Connor, yang pada 1975 mencuri sebuah Rembrandt dari Museum Seni Rupa, Boston, yang kemudian dia pakai untuk mengurangi hukuman yang dijatuhkan kepadanya setelah mencuri sejumlah lukisan N.C. Wyeth dan Andrew Wyeth satu tahun sebelumnya.

'Dia pencuri seni tercanggih yang pernah hidup,' ujar Amore. Akan tetapi, tambahnya, 'Myles Connor tidak melakukan perampokan Museum Gardner. Seandai Myles pada saat kejadian tidak sedang berada di dalam penjara, pelakunya mestinya dia. Tetapi kita tahu bahwa bukan dia pelakunya.' Connor suka menggadang bahwa dialah yang menjadi ilham perampokan Gardner sembari mengaku bahwa rekan-rekan dia mengeksekusi rencana yang seyogianya dibidani oleh dia. Akan tetapi, sejumlah tawaran Connor pada akhir 1990-an untuk membantu mencari lukisan-lukisan yang raib itu tidak ada yang terlaksana. Amore, yang pernah bertemu dengan Connor, menafikan pengakuan-pengakuan Connor itu. 'Yakin aku; seandai sekarang dia tahu lokasinya di mana, lukisan sudah ada di tangan kita.'

Pada 1990, siasat yang dipakai para pencuri, yaitu dengan menyamar sebagai petugas polisi, lazim digunakan dalam aksi-aksi perampokan di bilangan Massachusetts. Jadi, Amore ingin memperoleh petunjuk dari masyarakat yang mungkin mengetahui kriminalis yang mungkin saja terlibat dalam perampokan Gardner, atau yang pernah memakai siasat-siasat serupa dan yang barangkali memiliki seragam polisi. 'Kami ingin melacak otak pencurian,' ujarnya.

Akan tetapi, yang lebih-lebih didambakan oleh Amore ialah petunjuk yang bisa membawanya ke lukisan-lukisan itu--bukan ke para pencurinya. Pada, 2013, dalam rangka peringatan tahun ke-23 kasus pencurian Gardner, petugas-petugas FBI, dengan didampingi Amore, mengumumkan bahwa mereka meyakini bahwasanya mereka telah berhasil menetapkan identitas para pelakunya, dan bahwa lukisan-lukisan itu ternyata beredar dalam kalangan kejahatan terorganisasi di Connecticut dan Philadelphia. Tahun lalu, sebelum peringatan tahun ke-25, Amore dan petugas FBI yang mengetuai penyelidikan membocorkan lebih banyak petunjuk seputar teori mereka terkait kasus itu. Kasus pencurian Gardner berkisar seputar almarhum Carmello Merlino, pemilik bengkel mobil di bilangan Dorchester, Boston, yang memiliki hubungan dengan Mafia, selain juga seputar George Reissfelder dan Leonard DiMuzio. Baik Reissfelder maupun DiMuzio meninggal pada 1991, dan keduanya menyerupai sketsa polisi para pelaku pencurian. Reissfelder membawa sebuah Dodge Daytona merah, mobil yang dipergoki para pelajar tengah terparkir di luar gedung Gardner itu. 'Dulu kami pernah bilang bahwa kami sudah pegang identitas para pelakunya,' ujar Amore, 'tetapi hal itu tidak serta-merta membawa kami ke lukisan.'

Selama bertahun-tahun Museum Gardner menawarkan imbalan $5 juta untuk petunjuk yang bisa berujung dengan dikembalikannya ketiga belas karya seni itu dalam kondisi apik. Tahun lalu, pihak museum mengumumkan imbalan $100.000 yang terpisah dari yang $5 juta untuk elang perunggu dari zaman Napoleon itu, karena ada kemungkinan bahwa benda itu sejak pencurian telah berpencar dari karya-karya lukisannya. 'Mungkin ia diambil sebagai tanda kenang-kenangan,' ujar Amore. 'Bisa saja benda itu sekarang ada di rumah atau toko antik seseorang.' Harian Hartford Courant pernah menurunkan laporan bahwa bertahun-tahun yang lalu elang tersebut pernah terlihat di lahan mobil bekas milik Robert Gentile.

Petunjuk mengenai keberadaan seni Gardner jumlahnya sedikit dan bersifat samar. 'Itu berarti bahwa mereka belum sempat beredar terlalu luas,' ujar Amore. Sekitar 2003, menurut seorang saksi FBI, pihak tertentu di Philadelphia berupaya menjual Kristus dalam Badai di Atas Danau Galilea karya Rembrandt. Seorang penuntut federal di Hartford, Connecticut, menyatakan di depan meja hijau bahwa pada 2015 Gentile berusaha menjual beberapa di antara lukisan Gardner kepada seorang petugas FBI yang tengah menyamar; pengacara Gentile menyatakan bahwa kliennya cuma membual dan bahwa lukisan itu tidak ada pada dia.

'Orang beranggapan bahwa karena seperempat abad telah lewat, benda-benda itu sudah lama hilang,' ujar Amore. Belum tentu. 'Siapa pun yang waktu itu pegang lukisannya, kemungkinan dia masih memiliki semua atau sebagian dari koleksi itu.'

Sumber: BostonMagazine.com


Palsu. Akan terbit.
Palsu. Akan terbit.
Tulisan di atas diturunkan dalam rangka akan terbitnya Palsu, edisi bahasa Indonesia thriller novelis Belanda Elvin Post. Ikuti perkembangannya pada akun Twitter Pionir Books (@PionirBooks) lewat tagar #PalsuNovelElvinPost.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar