17 Februari 2016

Fasisme Kembali Juara Uni Eropa

Fasisme Kembali Juara Uni Eropa
Pd kartun karya Marian Kamensky yg berjudul Fasisme Kembali Juara Uni Eropa tampak PM Hungaria Viktor Orbán tengah mendorong gerobak berisikan gulungan pagar kawat yg diduduki oleh PM Polandia Beata Szydło. Mereka diikuti oleh dua kesatria: Slovakia dan Republik Cheska. Hungaria, Polandia, Slovakia, dan Republik Cheska, yg tergabung dl Kelompok Visegrád, menentang sistem kuota migran Jerman dan ingin menutup perbatasan Makedonia dng Yunani. Sumber: cartoonmovement.com.

Negara-negara Kelompok Visegrád––Hungaria, Polandia, Slovakia, dan Republik Cheska––alias V4 bertemu, Senin (15/2), di Praha dl rangka membahas penutupan 'rute Balkan' bagi arus migran yg bertolak menuju Eropa Barat. Makedonia dan Bulgaria turut diundang pd KTT tsb. Pasal, PM Hungaria Viktor Orbán telah mengusulkan untuk ditutupnya perbatasan dua negara itu dng Yunani krn menurut dia Yunani tidak mampu membela Eropa dari arah selatan terhadap arus masuk besar-besaran pengungsi Muslim yg utamanya datang dr Suriah dan Irak.

Pd KTT tsb, V4 diperkirakan bakal mencapai kata sepakat untuk membantu Makedonia mengadang arus migran pd perbatasannya dng Yunani. Yunani, yg tidak diundang ke KTT tsb, mengkhawatirkan Makedonia dl waktu dekat akan menutup perbatasan shg ribuan pengungsi akan dibuat telantar di Yunani. Menurut PBB, setiap hari Yunani kedatangan 2000 pengungsi.

V4 diketahui sangat menentang sistem kuota migran yg diajukan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel yg bertujuan mendistribusikan migran secara lebih merata dalam Uni Eropa. Tahun lalu Jerman menyerap 1,1 juta pencari suaka dan negara itu mengimbau Eropa untuk mengamalkan nilai-nilai pokok kemanusiaan.

Akan tetapi, Prancis saja, sbg sekutu setia Jerman dl Uni Eropa, menyambut dingin usul Merkel. Demikian pula dng Rusia, jiran terbesar Uni Eropa, yg menilai tindakan Eropa yg membuka pintunya thd siapa pun yg ingin memasuki negara-negara Eropa sbg 'perbuatan bodoh'.

Austria, sbg muara rute Balkan, mendukung V4 dan telah mengingatkan Makedonia agar bersiap-siap menutup perbatasan bagi arus migran yg mengalir ke utara dr Yunani. Austria sendiri kemungkinan akan mulai menolak arus masuk migran pd bulan-bulan mendatang.

Menurut hemat Pionir Books, tujuan adanya negara bangsa adalah untuk memuliakan bangsa, yaitu menjadikan jiwa manusia terkembang seturut kodratnya. Negara ada untuk bangsa dan bukan sebaliknya. Negara-negara yg menolak arus migran sebagaimana disebutkan di atas tidak memuliakan manusia, shg yg harus dipertanyakan sekarang adalah: apa dampak tindakan negara-negara tsb thd bangsanya?

Akan tetapi, itu bukan berarti negara-negara tsb tidak berhak atau tidak boleh menolak arus migran. Mereka boleh menolak arus migran. Akan tetapi, yg menjadi tolok ukur dl menilai apakah suatu negara telah memuliakan bangsa dng menolak arus migran adalah 'niat' (intent): apakah dng mengadang arus migran negara telah bertindak dl rangka mengajak bangsa untuk mundur ke hasrat-akan-kesintasan atau untuk maju ke hasrat-akan-pengetahuan?

Negara-negara yg menolak arus migran sebagaimana disebutkan di atas telah bertindak dl rangka mengajak bangsa untuk mundur ke hasrat-akan-kesintasan. Itulah mengapa negara-negara itu tidak telah memuliakan bangsanya. Ajakan oleh penguasa agar pengikutnya mundur ke hasrat-akan-kesintasan dikenal sbg fasisme.

Setiap tindakan manusia didorong oleh rangkaian hasrat manusia. Rangkaian hasrat tsb berawal dng hasrat-akan-kesintasan yg setelah dipenuhi akan berkembang menjadi hasrat-akan-harta, hasrat-akan-kekuasaan, dan terakhir hasrat-akan-pengetahuan. Keempat hasrat tsb bertolak dr pola pikir egoistis.

Dng demikian, dampak tindakan suatu negara yg tidak memuliakan bangsa adalah bahwa bangsa tsb akan ditambat pd pola pikir egoistis. Hal itu tidak sejalan dng kodrat jiwa manusia lantaran menafikan jiwa manusia untuk menjadi terkembang.

Pola pikir egoistis merupakan kebalikan dari pola pikir altruistis. Pola pikir altruistis memiliki arti yg sama dng 'tercerahkan'. Menjadikan pola pikir kita tercerahkan adalah sejalan dng kodrat kita. Untuk menjadi tercerahkan manusia pertama harus mencapai hasrat-akan-pengetahuan. Hal itu dapat dipermudah dng menjadikan manusia makhluk yg berpikiran bebas (freethinker). Dng berpikiran bebas manusia akan menjalani setiap hasrat pd rangkaian hasrat dng berkiblat kpd altruisme.

Tugas negara adalah memastikan bangsa melampiaskan rangkaian hasratnya dng berkiblat kpd altruisme. Pola pikir altruistis adanya di luar Gua Plato. Pola pikir egoistis adanya di dl Gua Plato. Negara yg tidak memuliakan bangsa mengikat manusia di dl Gua Plato.

Menurut filsuf Belanda Rob Riemen, apa yg tengah berlangsung di Barat dan Timur Tengah bukanlah suatu benturan peradaban, tetapi krisis peradaban yg berlangsung secara internal pd masing-masing peradaban tsb. Artinya, dua peradaban tsb tidaklah memuliakan manusia, yg oleh karena itu menjalani rangkaian hasrat dng berkiblat kpd egoisme.



Kekekalan Laten Fasisme
Kekekalan Laten Fasisme
Tulisan di atas diturunkan dalam rangka terbitnya Kekekalan Laten Fasisme, esai filsuf Belanda Rob Riemen yang mengingatkan terhadap bahaya laten fasisme di Eropa dan menunjuk politikus Geert Wilders sebagai prototipe fasisme masa kini. Untuk info terkini tentang Kekekalan Laten Fasisme pantau kicauan ber-tagar #KekekalanLatenFasisme pada Twitter. Kekekalan Laten Fasisme dapat dipesan pada Pionir Books dan outlet daring pilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar