|
W.H. Auden pada 1939. Sumber: Library of Congress. |
Pada bagian awal buku
Kekekalan Laten Fasisme Rob Riemen mengutip puisi karya
W.H. Auden yang berjudul
September 1, 1939:
All I have is a voice
To undo the unfolded lie
Menurut eNotes.com, judul puisi mengacu kepada dimulainya Perang Dunia Kedua, yaitu tanggal
Adolf Hitler menginvasi Polandia. Dalam puisinya itu,
Auden mengucapkan selamat tinggal kepada dasawarsa 1930-an sembari merenungi sebab-sebab terjadinya perang tersebut.
Dalam mengarang bukunya yang terdiri dari tujuh bab itu,
Riemen secara tematik mempersandingkan isi buku dengan
puisi Auden, yang terdiri dari sembilan bait. Strategi yang dipakai oleh
Riemen itu menyiratkan pesan yang sangat kuat: fasisme telah kembali menginvasi Eropa.
Bait I puisi Auden = Bab I buku Riemen
Auden membangun suasana atau nada puisi.
Riemen melakukan hal serupa dengan mengutip roman karya
Albert Camus yang berjudul
La peste sembari menegaskan bahwa dunia Barat menyangkal kenyataan bahwasanya fasisme telah kembali muncul.
Riemen menulis bahwa dalam demokrasi-massa fasisme akan selalu mengintai, dan untuk menangkalnya secara manjur maka kemunculannya mestilah diakui terlebih dahulu.
Bait II puisi Auden = Bab I, II, III buku Riemen
Auden menganalisis sebab-sebab tercetusnya Perang Dunia Kedua;
Riemen menganalisis sebab-sebab munculnya fasisme. Menurut
Riemen, pemikir seperti
Albert Camus,
Thomas Mann,
Goethe, dan
Alexis de Tocqueville sudah mengendus mentalitas yang mendasari fasisme. Isi bab I, II, dan III buku
Riemen dalam satu kalimat: masyarakat mendapati dirinya dalam suatu keadaan yang kian menyempitkan alih-alih mengembangkan kesadarannya.
Bait III, IV puisi Auden = Bab IV, V buku Riemen
Auden memperlihatkan bahwa setiap zaman tidak pernah mau belajar dari catatan pengalaman zaman terdahulunya.
Riemen menyebutkan sejumlah catatan pengalaman abad ke-20 pada bab IV sebelum, pada bab V, menulis bahwa pelajaran sejarah tersebut tidak dihirau dan oleh karenanya telah dilupakan. Isi bab V dalam satu kalimat: massa yang kian sempit kesadarannya menjadi sasaran empuk untuk dipolitisasi.
Bait V, VI, VII puisi Auden = Bab VI buku Riemen
Auden kembali ke masa kini dan menunjukan pandangannya ke sekitar dia.
Riemen menujukan pandangannya ke negeri Belanda pada saat ini dan menegaskan bahwa
Geert Wilders adalah akibat dari kita yang tidak belajar dari sejarah.
Bait VIII, IX puisi Auden = Bab VII buku Riemen
Auden bersuara pada ketinggian dari sudut pandang orang pertama. Yang dapat dilakukan oleh
Auden hanyalah menyuarakan kebenaran (
All I have is a voice,
To undo the unfolded lie).
Auden mengakhiri puisi dengan nada yang memberikan pengharapan. Sementara itu,
Riemen menegaskan bahwa
Geert Wilders dan gerakannya merupakan prototipe fasisme masa kini, dan bahwa solusi terhadap fasisme adalah pengembangan kesadaran manusia.
NB: kesadaran dikembangkan dengan memuliakan manusia.
|
Kekekalan Laten Fasisme |
Kekekalan Laten Fasisme
karya Rob Riemen diluncurkan pada Sabtu, 4 Juni 2016, di Toko Buku Gunung Agung Margocity, Depok, dengan menghadirkan narasumber Rocky Gerung (FIB UI). Buku dapat dibeli pada Toko Buku Gunung Agung cabang:
- Jakarta Pusat (Atrium, Kwitang 06, Kwitang 38)
- Jakarta Barat (Trisakti)
- Jakarta Timur (Arion, Kramat Jati, Pondok Gede, Tamini Square)
- Jakarta Selatan (Blok M Plaza, Senayan City)
- Tangerang Selatan (BSD)
- Tangerang (Tangcity Mall)
- Bandung (BIP)
- Bekasi (Bekasi CyberPark)
- Depok (Margo City)
- Semarang (Citraland Semarang, Paragon Mall)
- Surabaya (Galaxy Surabaya, Surabaya Delta)
- Denpasar (LIBBI Denpasar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar