25 Maret 2017

Memahami 'Silence'

***Spoiler Alert***

Iman Bapa Ferreira (Liam Neeson) diuji dalam 'Silence'.
Iman Bapa Ferreira (Liam Neeson) diuji dalam 'Silence'.
Disutradarai oleh Martin Scorsese, Silence (2016) berkisah tentang Bapa Ferreira (Liam Neeson), seorang misionaris Yesuit asal Portugis di Jepang abad ke-17, yang dikabarkan telah membuang iman, dan bagaimana Bapa Rodrigues (Andrew Garfield) memutuskan untuk menyusul Ferreira dalam rangka mencari kebenaran kabar tersebut dan, bilamana perlu, membalikkan apostasi mantan mentornya itu. Penonton menjadi saksi bagaimana Rodrigues justru mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Ferreira, yaitu pembuangan iman.

Pasal, di Jepang, seperti halnya Ferreira, yang ternyata betul telah mengingkari agamanya, Rodrigues mengalami cobaan berat karena penindasan agama yang tengah dilancarkan oleh Inoue (Issei Ogata), magistrat Nagasaki. (Hubungan antara Rodrigues dan Inoue mirip hubungan antara Yesus dan Pontius Pilatus.) Dalam rangka membasmi ajaran agama Katolik, Inoue menangkapi dan menyiksa rakyat jelata yang diduga telah masuk Katolik, bukan untuk menjadikan mereka membuang iman, tetapi, lewat penganiayaan mereka, justru untuk menjadikan misionaris membuang iman. Dalam mata Inoue, itu cara paling mangkus membersihkan Jepang dari agama itu.

'Harga kemasyhuran kamu adalah penderitaan mereka!' ujar Inoue kepada Rodrigues, yang harus menyaksikan penderitaan orang kecil di tangan Inoue. Rodrigues bisa mengakhiri penderitaan mereka dengan menginjakkan kakinya di atas gambar Yesus dan dengan begitu membuang iman dia, seperti yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh Ferreira, yang melakukannya karena percaya Yesus akan melakukan hal yang sama apabila hal itu dapat menyelamatkan orang-orang yang sedang disiksa itu.

Sampai di situ saya menduga bahwa Silence mestinya berkisah tentang penyudahan ilusi yang fana dan peraihan kebenaran yang kekal, suatu ikonoklasme keagamaan dalam bentuk perjalanan pada ranah batin yang menampilkan roman Rodrigues sebagai tengaran; suatu transformasi dari Yesus yang eksoterik ke Buddha yang esoterik. Pada pertengahan film, seorang pengalih bahasa (Tadanobu Asano) berujar kepada Rodrigues:
'Hanya orang Kristen yang menganggap mereka, para Buddha itu, manusia belaka. Buddha kami niscaya sesuatu yang bisa diwujudkan oleh manusia. Sesuatu yang lebih agung dari dirinya, asal dia bisa menyudahi semua ilusi dia. Tetapi kamu justru merangkul ilusi-ilusimu dan menyebutnya iman. Pencipta kamu maha pengasih lagi maha penyayang, bukan begitu? Jadi, mengapa dia memberikan orang yang sedang menuju surga begitu banyak penderitaan?'
Apakah lewat film ini Scorsese hendak mengatakan bahwa spiritualitas menudungi religiositas, sehingga keberanjakan dari religiositas ke spiritualitas--dari Katolik ke Buddha, dari akidah ke tarekat--ialah suatu evolusi yang alamiah saja? Apakah Scorsese hendak mengupas perbedaan antara agama Buddha dengan agama Katolik, antara spiritualitas dengan religiositas--spiritualitas yang menekankan tafakur, religiositas yang menekankan iman?

Akan tetapi, seandai Silence betul merupakan bahasan mengenai transformasi diri dari pola pikir religiositas ke pola pikir spiritualitas, Scorsese, pada pengujung film, mestinya tidak menyertakan suatu adegan yang menyiratkan bahwa Ferreira, dan juga Rodrigues, ternyata masih berpaku pada pola pikir lama mereka: religiositas. Jadi, ucapan si pengalih bahasa tadi hanya bertujuan membangun pernyataan yang pada pengujung film bisa dirontokkan lewat suatu adegan yang dirancang oleh Scorsese untuk menyampaikan pesan: iman mengalahkan segalanya.

Silence adalah pengakuan iman Scorsese terhadap agama Katolik. Hanya itu yang bisa menjelaskan isi film ini.


Laurens Sipahelut
Tangerang, 25 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar