Kita melihat tanpa memahami. Foto: joblo.com. |
Selagi menonton salah satu kucing saya menangkring di bendul jendela, mengharapkan makanan, tentunya. Dari luar kepala si kucing berunggang-anggit memandang ke dalam rumah, kepada saya, dan ke pesawat televisi. Mungkin kobaran api yang menyala-nyala pada layar kaca membuatnya berpaling ke situ dan menyita perhatiannya sesaat.
Kucing saya tidak mungkin tahu bahwa yang sedang dia tatapi itu adalah sebuah pesawat televisi yang tersambung ke pemutar VCD, yang dijalankan oleh tenaga listrik. Dia tidak mungkin tahu bahwa apa yang sedang dia amat-amati itu–film itu–ada pengarahnya, penyandang dananya, industrinya.
Pagi itu saya menjadi sadar bahwa kita tidak mungkin sendirian di jagat raya ini. Kita tidak bisa memahami apa yang menjalankan jagat raya, apa yang tersambung padanya, dan sebagainya. Kita memandangi langit seperti halnya kucing saya memandangi pesawat televisi itu, dan kita memahaminya hanya sejauh ego kita membuat kita memahaminya.
Hanya setelah kita bisa menciptakan jagat raya akan kita bisa memahaminya. Hanya setelah kucing saya memiliki kemampuan seperti manusia akan dia pahami adegan yang dia simak tadi.
Laurens Sipahelut
Tangerang, 10 Maret 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar