28 Februari 2017

Populisme, Fasisme seturut Model E-I

Definisi fasisme dan populisme masih rancu dan acap dipertukarkan.
Definisi fasisme dan populisme masih rancu dan acap dipertukarkan.
Foto: LA Times.
Saya harus memodifikasi Model E-I. Di dalam Gua Plato nilai 'E' adalah ekspresi asli sementara nilai 'I' adalah ekspresi palsu. Tingkat teratas pada segitiga di dalam gua, yaitu unsur Filsafat, sebagai puncak (apex), lantas membagikan nilai 'E' atau nilai 'I' pada permutasi tertentu. Itu berarti bahwa, pada awalnya, unsur Politik, Ekonomi, dan Sosial pada suatu permutasi adalah kosong--mereka tidak memuat nilai apa pun. Mereka menantikan puncak, yaitu unsur Filsafat, untuk membagikan nilai 'I' ataupun 'E' pada mereka. Masalahnya, hal itu keliru karena bertentangan dengan pernyataan semula, yaitu bahwa, di dalam gua, nilai 'E' merupakan ekspresi asli.

Apabila nilai 'E' adalah ekspresi asli, nilai 'E' di dalam Gua Plato haruslah merupakan nilai bawaan (default value). Artinya, pada awal mula, alih-alih tidak memuat nilai apa pun alias kosong, unsur Politik, Ekonomi, Sosial, dan juga Filsafat sebagai unsur puncak pada suatu permutasi haruslah memuat nilai asli 'E'. Jadi, permutasi bawaan di dalam gua pun menjadi [E, E, E, E]. Sehingga, di dalam gua, 'E' sebagai ekspresi asli adalah nilai bawaan sementara 'I' sebagai ekspresi palsu adalah nilai alihan. Nilai alihan dibagikan lewat pendekatan atas-bawah dari puncak segitiga dan sewaktu-waktu dapat berbalik ke nilai bawaan (sebagaimana akan dijelaskan di bawah).

Modifikasi di atas perlu dilakukan untuk menjelaskan hubungan antarunsur pada suatu permutasi. Untuk menjelaskannya saya akan memakai fenomena fasisme dan populisme sebagai contoh.

Fasisme adalah 'mengunci'-nya unsur Politik pada unsur Sosial dalam suatu permutasi kala unsur Sosial dilanda Keadaan Takut. Keadaan Takut mengembalikan nilai alihan 'I' pada unsur Sosial tersebut menjadi nilai bawaan 'E'. Peniadaan Keadaan Takut pada unsur Sosial itu akan mengembalikan nilai seperti sediakala, yang dapat berupa 'I' maupun 'E'.

Populisme adalah menguncinya unsur Politik pada unsur Sosial tanpa adanya faktor Keadaan Takut. Tidak seperti fasisme, populisme memiliki segitiga tersendiri di dalam Gua Plato dan berjalan menurut unsur Filsafat yang termuat pada puncak segitiganya. Dengan demikian, populisme berjalan menurut filsafat yang mengaturnya, tetapi fasisme tidak memiliki filsafat sehingga tidak membentuk segitiga tersendiri di dalam Gua Plato. (Faktor Keadaan Takut ibaratnya memungkinkan suatu unsur untuk membajak permutasi induknya.)

Dari dua pengertian tersebut bisa diinduksi bahwa unsur pada suatu permutasi bebas mengunci pada sembarang unsur di bawahnya. Selain itu, unsur yang lebih tinggi dapat mengenakan Keadaan Takut ataupun Cinta Kasih pada unsur yang lebih rendah. Keadaan Takut tersebut bersifat sementara sehingga nilai-nilai pada permutasi yang terdampak sewaktu-waktu dapat berbalik ke nilai semula. Dengan demikian, ada tujuh cara unsur Filsafat bisa mengunci pada unsur di bawahnya (Politik-Ekonomi-Sosial, P-E, P-S, E-S, P, E, S); tiga cara untuk unsur Politik (E-S, E, S); dan hanya satu untuk unsur Ekonomi (S), yaitu dengan atau tanpa mengenakan Keadaan Takut atau Cinta Kasih.


Laurens Sipahelut
Tangerang, 28 Februari 2017


Kekekalan Laten Fasisme karya Rob Riemen.
Kekekalan Laten Fasisme
Tulisan di atas ditulis dalam rangka terbitnya Kekekalan Laten Fasisme karya Rob Riemen yang diluncurkan pada Sabtu, 4 Juni 2016, di Toko Buku Gunung Agung Margocity, Depok, dengan menghadirkan narasumber Rocky Gerung (FIB UI). Buku dapat dibeli pada Toko Buku Gunung Agung cabang:
  • Jakarta Pusat (Atrium, Kwitang 06, Kwitang 38)
  • Jakarta Barat (Trisakti)
  • Jakarta Timur (Arion, Kramat Jati, Pondok Gede, Tamini Square)
  • Jakarta Selatan (Blok M Plaza, Senayan City)
  • Tangerang Selatan (BSD)
  • Tangerang (Tangcity Mall)
  • Bandung (BIP)
  • Bekasi (Bekasi CyberPark)
  • Depok (Margo City)
  • Semarang (Citraland Semarang, Paragon Mall)
  • Surabaya (Galaxy Surabaya, Surabaya Delta)
  • Denpasar (LIBBI Denpasar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar