Definisi fasisme dan populisme masih rancu dan acap dipertukarkan. Foto: LA Times. |
Apabila nilai 'E' adalah ekspresi asli, nilai 'E' di dalam Gua Plato haruslah merupakan nilai bawaan (default value). Artinya, pada awal mula, alih-alih tidak memuat nilai apa pun alias kosong, unsur Politik, Ekonomi, Sosial, dan juga Filsafat sebagai unsur puncak pada suatu permutasi haruslah memuat nilai asli 'E'. Jadi, permutasi bawaan di dalam gua pun menjadi [E, E, E, E]. Sehingga, di dalam gua, 'E' sebagai ekspresi asli adalah nilai bawaan sementara 'I' sebagai ekspresi palsu adalah nilai alihan. Nilai alihan dibagikan lewat pendekatan atas-bawah dari puncak segitiga dan sewaktu-waktu dapat berbalik ke nilai bawaan (sebagaimana akan dijelaskan di bawah).
Modifikasi di atas perlu dilakukan untuk menjelaskan hubungan antarunsur pada suatu permutasi. Untuk menjelaskannya saya akan memakai fenomena fasisme dan populisme sebagai contoh.
Fasisme adalah 'mengunci'-nya unsur Politik pada unsur Sosial dalam suatu permutasi kala unsur Sosial dilanda Keadaan Takut. Keadaan Takut mengembalikan nilai alihan 'I' pada unsur Sosial tersebut menjadi nilai bawaan 'E'. Peniadaan Keadaan Takut pada unsur Sosial itu akan mengembalikan nilai seperti sediakala, yang dapat berupa 'I' maupun 'E'.
Populisme adalah menguncinya unsur Politik pada unsur Sosial tanpa adanya faktor Keadaan Takut. Tidak seperti fasisme, populisme memiliki segitiga tersendiri di dalam Gua Plato dan berjalan menurut unsur Filsafat yang termuat pada puncak segitiganya. Dengan demikian, populisme berjalan menurut filsafat yang mengaturnya, tetapi fasisme tidak memiliki filsafat sehingga tidak membentuk segitiga tersendiri di dalam Gua Plato. (Faktor Keadaan Takut ibaratnya memungkinkan suatu unsur untuk membajak permutasi induknya.)
Dari dua pengertian tersebut bisa diinduksi bahwa unsur pada suatu permutasi bebas mengunci pada sembarang unsur di bawahnya. Selain itu, unsur yang lebih tinggi dapat mengenakan Keadaan Takut ataupun Cinta Kasih pada unsur yang lebih rendah. Keadaan Takut tersebut bersifat sementara sehingga nilai-nilai pada permutasi yang terdampak sewaktu-waktu dapat berbalik ke nilai semula. Dengan demikian, ada tujuh cara unsur Filsafat bisa mengunci pada unsur di bawahnya (Politik-Ekonomi-Sosial, P-E, P-S, E-S, P, E, S); tiga cara untuk unsur Politik (E-S, E, S); dan hanya satu untuk unsur Ekonomi (S), yaitu dengan atau tanpa mengenakan Keadaan Takut atau Cinta Kasih.
Laurens Sipahelut
Tangerang, 28 Februari 2017
Kekekalan Laten Fasisme |
- Jakarta Pusat (Atrium, Kwitang 06, Kwitang 38)
- Jakarta Barat (Trisakti)
- Jakarta Timur (Arion, Kramat Jati, Pondok Gede, Tamini Square)
- Jakarta Selatan (Blok M Plaza, Senayan City)
- Tangerang Selatan (BSD)
- Tangerang (Tangcity Mall)
- Bandung (BIP)
- Bekasi (Bekasi CyberPark)
- Depok (Margo City)
- Semarang (Citraland Semarang, Paragon Mall)
- Surabaya (Galaxy Surabaya, Surabaya Delta)
- Denpasar (LIBBI Denpasar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar